MAKALAH: TEORI BELAJAR HUMANISTIK
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Teori Belajar Humanistik
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari teman – teman yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori Belajar Humanistik ini dapat menambah manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Semarang,
Maret 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................
ii
Daftar
Isi ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN..........................................................................
1
A.
Latar
Belakang.................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................
2
C.
Tujuan..............................................................................................
2
BAB
II ISI...................................................................................................
3
A.
Pengertian
Teori Belajar Humanistik...............................................
3
B.
Tokoh
Teori Humanistik..................................................................
4
C.
Prinsip-Prinsip
Teori Belajar Humanistik.........................................
7
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik.....................
8
E.
Aplikasi
Teori Belajar Humanistik pada Pembelajaran IPS.............
9
F.
Implikasi
Teori Belajar Humanistik pada Pembelajaran IPS............
10
Bab
III PENUTUP...................................................................................... 12
Daftar
Pustaka............................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar tidak hanya menghafal dan
bukan pula mengingat, tetapi merupakan proses yang ditandai dengan perubahan
pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan
tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya.
Secara luas,
teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok
manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat
perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor.
Dalam suatu
pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara
umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1)
Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar
Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.
Salah satu
teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
dalam Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. (Sudrajat,
2013).
Deskripsi di
atas menunjukkan betapa pentingnya mengkaji teori belajar humanistik dan
implikasinya dalam pembelajaran di tengah kurang stabilnya pendidikan di
Indonesia yang lebih mementingkan dan hanya menjadikan aspek kognitif sebagai hal
yang utama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan: Bagaimanakah aplikasi Teori
Belajar Humanistik dalam pembelajaran serta siapakah tokoh yang berpengaruh
dalam perkembangan Teori Belajar Humanistik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui aplikasi dari Teori Belajar
Humanistik dalam pembelajaran serta beberapa tokoh yang berpengaruh dalam Teori
Belajar Humanistik.
BAB II
ISI
A. Pengertian Teori Belajar Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami
dari sudut pandang pelaku bukan dari sudut pandang pengamat. Tujuan utama pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat
mengmbangkan diri mereka seluas-luasnya serti memberikan pemahaman bahwa setiap
individu memiliki sifat unit sehingga berbeda dengan individu lainya.
Dalam teori belajar humanistik
proses belajar berawal serta berakhir pada satu kajian utama yaitu memanusiakan
manusia. Teori ini menekankan pada proses belajar yang paling ideal serta
memungkinkan setiap peserta didik untuk berkembang sejauh-jauhnya. Sehingga
teori lebih menekankan pembelajaran secara ideal bukan seperti pembelajaran
yang kita alami selama ini. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik,
belajar dikatakan menuai hasil apabila pebelajar dapat memahami lingkungan
serta dirinya dengan baik serta menyeluruh. Peserta didik dalam proses
belajarnya berusaha agar dapat mengaktualisasikan dirinya. Sehingga sesuai
dengan pernyataan bahwa teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006: 13)
Selanjutnya Gagne dan
Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai
dan sikap pribadi agar sesuai dengan keadaan sosial serta mencoba memperoleh
berbagai pengetahuan secara luas meliputi sastra, sejarah serta pengolahan data
secara produktif. Pendekatan tertentu dapat dirancang agar peserta didik memiliki
kesempatan memilih rencana pelajaran agar mereka dapat memberikan semua
waktunya untuk belajar seefektif mungkin yang dapat berupa kegiatan-kegiatan,
pemikiran tertentu yang merangsang mereka untuk terus mengkaji dan memahaminya.
Pembatasan praktis dalam pemilihan materi tersebut dimungkinkan karena
keterbatasan materi yang dapat disediakan tetapi pendekatan tersebut tidak membatasi
keanekaragaman pendidikan yang terjadi (Uno, 2006: 13).
Pendidik bertujuan membantu peserta
didik untuk mengembangkan dirinya sebaik mungkin sehingga mereka memahami diri
mereka sendiri secara baik serta menyeluruh. Sehingga, teori belajar humanistik
merupakan teori dalam pembelajaran yang berpatokan agar dapat memanusiakan
manusia dengan cara pengembangan potensi masing-masing peserta didik.
B. Tokoh Teori
Humanistik
1.
Abraham Maslow
Maslow
(dalam Koeswara, 1991, hlm. 118) mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada
manusia merupakan bawaan, dan tersusun berdasarkan tingkatan yang disebut
dengan hierarki kebutuhan. Dan susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang
bertingkat atau yang disebut dengan hierarki kebutuhan merupakan organisasi
yang mendasari motivasi manusia (Koeswara, 1991,
hlm. 119).
a.
Kebutuhan Dasar
Fisiologis
Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar dari setiap manusia, termasuk
dialamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan lain
sebagainya (Feist & Feist, 2010, hlm. 332).
Sebagai contoh
adalah kebutuhan untuk makan, dalam pembelajaran peserta didik lebih
berkonsentrasi dalam pembelajaran yang diberikan apabila mereka telah memenuhi
kebutannya tersebut.
b.
Kebutuhan akan Rasa
Aman
Setelah
kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan akan rasa aman yang menuntut
untuk dipenuhi. Maslow
mengemukakan (dalam Koeswara, 1991, hlm. 121) kebutuhanakan rasa aman sangat
nyata dan bisa daiamati pada bayi dan
anak-anak karena ketidak berdayaan mereka. Sebagai contoh seorang peserta didik yang sedang diganggu oleh
peserta didik lain ketika pembelajaran berlangsung akan menyampaikan hal
tersebut kepada gurunya.
c.
Kebutuhan Cinta dan
Kasih Sayang
Setelah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, seseorang akan
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang. Seorang peserta didik yang diberikan kasih sayang yang
lebih di rumah lebih memperhatikan pembelajaran guru berbanding dengan peserta
didik yang kurang diperhatikan cenderung melakukan kegiatan agar peserta didik
tersebut diperhatikan oleh guru.
d.
Kebutuhan Penghargaan
Maslow
(dalam Koeswara, 1991, hlm. 124) membagi Kebutuhan penghargaan kedalam dua
bagian, yaitu: penghargaan
dari diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain. Sebagai contoh seorang peserta didik
di sekolah berusaha mendapatkan dan berprilaku sebaik-baiknya agar mendapat
pujian dari guru.
e.
Kebutuhan Ilmu
Pengetahuan
Menurut Jaenudin (2015, hlm. 134-135)
kebutuhan kognitif dapat diekspresikan melalui keinginan untuk memahami,
menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu baru atau suasana
baru dan meneliti. Dalam dunia
pendidikan tingkatan ini biasanya dimiliki oleh tingkatan mahapeserta didik
keatas dikarenakan mahapeserta didik mulai berpikir untuk mengembangkan dan
menemukan pengetahuan ataupun ilmu-ilmu baru sesuai yang mereka inginkan.
f.
Kebutuhan Estetika
Kebutuhan
estetika tidaklah bersifat universal akan tetapi Maslow
(dalam Jaenudin, 2015, hlm.135)
menemukan ada beberapa orang termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan
begitu mendalam dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis.
g.
Kebutuhan Aktualisasi
Aktualisasi
diri merupakan perkembangan yang paling tinggi dan pengoptimalan semua bakat
individu dan pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu (Schultz dalam
Jaenudin, 2015, hlm. 137). Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan
diri, sadar aka potensi, diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin (Maslow dalam Feist & Feist, 2010, hlm. 336).
2.
Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh
perhatian kepada mekanisme proses belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar,
yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar
yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran
dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek
perasaan peserta didik.
Belajar menurut teori Humanisme
yaitu belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk
dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya
sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas
yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2)
membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk
memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima
pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana
adanya. (Hadis, 2006: 72)
3. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta
didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau
pandangan peserta didik yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun
dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi
pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi
diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang
bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya.
C. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau
orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya
mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu
peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan
metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran.
(Alwasilah, 1996: 23) Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik
adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan
perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan
humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan.
Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu
totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang
intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang
mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual.
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa
prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan
keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru,
(2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan
dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi
ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas
pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan
keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama,
dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir,
1993: 64)
D. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
1. Kelebihan
Teori Humanistik
Kelebihan
teori humanistik: (1) Terpusat pada prilaku individu sehingga dapat diartikan
bahwa pandangan terpusat pada individu secara keseluruhan tidak berdasarkan
suku, agama, ras ataupun yang lainya. (2) Mengemukakan ide dengan kepuasaan
yang tinggi serta menjadi bersikap positif terhadap berbagai ide yang muncul
(3) Lebih banyak menerima wawasan, akan mudah dalam mendapatkan pengetahuan
dari berbagai individu sesuai dengan pemikiranya masing-masing. (4) Metode
pembelajaran individual yang memungkinkan pembelajaran disesuaikan oleh
individu masing-masing (5) Pembinaan yang terasa sederajat sehingga memberikan
kondisi yang nyaman bagi kedua belah pihak.
2. Kekurangan Teori Humanistik
Kelemahan
Teori Humanistik: (1) Meninkatkan rasa stres dimana memungkinkan mereka untuk
terus berpikir walaupun tidak mencapai suatu penyelesaian dalam masalah yang
dihadapi. (2) Berlawanan dengan hukum alam dimana mereka berpikir hanya ada
satu penyelesaian dalam setiap masalah yang didasari pada pemikiranya sendiri.
(3) Menyebabkan pandangan menjadi bias sesuai dengan latar belakang
masing-masing individu. (4) Membutuhkan pengalaman, seorang guru harus memiliki
pengalaman yang cukup dalam memahami setiap peserta didiknya. (5) Beragam gaya
belajar yang diartikan setiap peserta didik memiliki gaya belajar berbeda-beda
yang memungkinkan perbedaan dalam mengorganisir, menilai serta mengevaluasi
kegiatan peserta didik sehingga dapat menjadikan kurang tercakupnya dan kurang
terorganisasinya kegiatan pembelajaran.
E. Aplikasi
Teori Belajar Humanistik pada
Pembelajaran IPS
Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode
yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh
tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)
Peserta didik berperan sebagai
pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada
proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah : (1) Merumuskan tujuan belajar yang jelas (2) Mengusahakan
partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif. (3) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan
peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri (4) Mendorong peserta didik
untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri (5) Peserta
didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan. (6) Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami
jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya. (7) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
(8) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta
didik. (Mulyati, 2005: 182)
Keberhasilan aplikasi ini adalah
peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
E. Implikasi
Teori Belajar Humanistik pada
Pembelajaran IPS
Peserta didik berperan sebagai
pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah bebrapaa ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah : (1) Merespon perasaan peserta didik (2) Menggunakan
ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang (3) Berdialog
dan berdiskusi dengan peserta didik (4) Menghargai peserta didik (5) Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan (6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta
didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik (7) Tersenyum
pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari deskripsi
yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan beberapa poin penting
sebagai kesimpulan, yaitu: (1) Teori Belajar Humanistik merupakan teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. (2) Aplikasi teori ini, peserta didik diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab. (3) Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi
manusia untuk mencari serta mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial.
B.
Saran
Diperlukan pengkajian yang lebih meliputi aplikasi serta implikasi dari
teori belajar humanisme dalam berbagai bidang ilmu tertentu sehingga dapat
lebih dimanfaatkan secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP
Semarang Press.
F., Azies dan A. Chaedar Alwasilah, 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif;
Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mulyati.2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori
Kepribadian. Bandung: Eresco.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sudrajat, Ahkmad. Media Pembelajaran. Artikel. Diakses di http://ahkmadsudrajat. wordpress. com
/bahan-ajar/media-pembelajaran/, tanggal 8 Maret 2017.
Sukmadinata, dan Nana Syaodih. 2007.
Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Cet. IV, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suprobo, Novina. Teori Belajar
Humanistik. Diakses di http://novinasuprobo. wordpress. com
/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/ tanggal 8 Maret 2017.
Uno, Hamzah B.2006.Orientasi Baru
Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi aksara.
Comments
Post a Comment